Hingga saat ini bangsa Indonesia masih mengalami berbagai problematika. Berbagai kasus-kasus yang mencuat di media massa, baik itu kasus korupsi, pelanggaran hukum, sesungguhnya bermula dari sebuah krisis. Ada empat krisis, pertama adalah krisis jati diri, kedua adalah krisis nilai, ketiga adalah krisis pegangan atau prinsip hidup, dan keempat adalah krisis tujuan hidup.
Jati diri inilah yang menjadi krisis saat ini. Banyak manusia tidak lagi mengenal bahwa dirinya adalah seorang hamba dari Sang Pencipta. Bahkan yang lebih parah lagi manusia tidak lagi mengenal bahwa dirinya adalah seorang manusia, yang dikenal hanyalah harga diri, kedudukan, gelar, dan pangkatnya, hingga lupa siapa dirinya sebenarnya.
Krisis yang kedua adalah tentang nilai kehidupan. Nilai adalah sesuatu yang paling berharga dan dijunjung tinggi. Saat ini banyak orang yang terjebak dalam kehidupan materialis sehingga menganggap segala sesuatu yang bernilai hanya berdasarkan nilai rupiah.
Krisis ketiga adalah krisis tentang prinsip dan pegangan hidup. Merajalelanya pengguna narkotika dan korupsi yang tak pernah berhenti, menunjukkan banyak manusia yang kehilangan pegangan hidup.
Terakhir yaitu krisis tujuan hidup. Banyak orang yang tidak tahu apa tujuan hidup sebenarnnya. Mereka mengira tujuan hidup hanya untuk bersenang-senang di muka bumi ini.
Semua krisis tersebut sesungguhnya telah dijawab di bulan Ramadhan. Apabila memahami arti nilai dan makna bulan Ramadhan, maka berbagai krisis tersebut dapat teratasi.
Pertama, pengakuan bahwa diri hamba adalah kunci jati diri manusia. Akan tetapi krisis yang terjadi saat ini manusia tidak lagi sadar bahwa dirinya hamba, tapi manusia seolah merasa dirinya raja yang memiliki kesombongan. Sedangkan ciri-ciri seorang hamba adalah tawadhu dan ikhlas. Perintah untuk memahami jatidiri tertuang dalam surat Al Alaq yaitu bahwa manusia tercipta dari segumpal darah. Inilah krisis pertama yang dialami oleh manusia yang harus dibersihkan di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah sebuah peringatan untuk manusia agar memahami tentang jatidiri sebagai seorang hamba.
Krisis kedua dijawab dengan fitrah. Manusia selama ini kehilangan tentang arti nilai sehingga berlomba-lomba untuk memamerkan hartanya. Fitrah adalah nilai-nilai kebaikan yang terdalam dan nilai-nilai yang harus dijaga. Fitrah merupakan akhlakul karimah. Nilai kemuliaan yang diajarkan ketika Idul Fitri, manusia saling bersilaturahim. Inilah inti karakter.
Krisis nilai yang harus ditanamkan adalah akhlak. Empat saja kita contoh akhlak Nabi, maka Indonesia akan bangkit dari keterpurukan. Ketika kita menjadi orang amanah, fatonah, siddiq, dan tabligh, maka itu saja sudah cukup. Fitrah adalah nilai terdalam yang Allah berikan pada jiwa manusia. Fitrah tersebut harus diaplikasikan dalam langkah nyata seperti dicontohkan Rasulullah.
Krisis ketiga yaitu krisis prinsip hidup dapat diatasi dengan Tauhid. Karena itu marilah berpegang kepada Tauhid. Dengan hanya berpegang pada Sang Pencipta maka nilai-nilai fitrah seperti kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, dan nilai kebaikan lain akan senantiasa dipegang teguh.
Krisis yang keempat adalah krisis tujuan hidup diatasi dengan kesadaran bahwa kita akan dihidupkan di akhirat. Saat ini banyak manusia yang tidak lagi menjadikan surga menjadi tujuan hidup. Karena itu Nabi Muhammad Saw menjelaskan, orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengingat mati. Kalau sekiranya umat manusia ingat mati, maka niscaya tidak akan ada satu orang pun yang korupsi. Manusia akan menjaga kebaikannya.
Empat hal inilah jawaban untuk mengatasi empat krisis yang dialami kebanyakan manusia. Kita harus memperbaiki jati diri kita, membangun karakter positif, berprinsip pada Sang Pencipta, dan memiliki orientasi jangka panjang untuk kehidupan akhirat. Masukkanlah keyakinan dan kesadaran bahwa hidup adalah pengabdian semata hanya kepada Allah SWT, maka kita akan mampu keluar dari krisis jatidiri bangsa. Hal tersebut sesungguhnya telah tertuang dalam sila pertama Pancasila.
DR HC Ary Ginanjar Agustian
Pengirim : Abul Yasin
Bangkalan Madura
0 komentar:
Posting Komentar